Jumat, 03 Juli 2009
Jakarta - Klaim pendidikan gratis yang gencar dipromosikan pemerintah rupanya tak sesuai dengan kenyataan. Dalam debat cawapres yang digelar di Gedung Bidakara Jakarta, Selasa (30/6) malam, Prabowo Subianto secara tandas menyebut iklan pendidikan gratis tersebut tidak benar.Prabowo mengungkap, dirinya telah bertandang ke sejumlah daerah untuk bertemu langsung dengan warga masyarakat. Setiap kali pertemuan, warga selalu mengatakan bahwa pendidikan gratis yang dipromosikan pemerintah lewat berbagai media adalah bohong belaka."Iklan pendidikan gartis itu tidak benar. Saya kunjungi masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, rakyat kita merasakan hal itu tidak benar," tandas cawapres yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra tersebut.Kebohongan yang terjadi menyangkut pendidikan gratis itu tentu amat disayangkan. Sebab, menurut Prabowo, pendidikan merupakan faktor penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.Sebagaimana diketahui, pemerintah selama ini gencar menyosialisasikan pendidikan dasar gratis sembilan tahun mulai 2009. Sekolah tidak boleh lagi memungut biaya pendidikan untuk jenjang SD-SMP, kecuali sekolah berstandar internasional atau rintisan sekolah berstandar internasional.Namun, faktanya - seperti kenyataan yang diperoleh Prabowo - orang tua murid tetap saja mengeluh, lantaran anaknya yang bersekolah di SD maupun SMP ternyata masih dipungut rupa-rupa biaya. Demikian juga dengan mereka yang mau menyekolahkan anaknya ke SD atau SMP.Ety, seorang ibu di Cinere, Depok, misalnya, mengaku harus membayar Rp 600 ribu untuk memasukkan anaknya yang kedua di SD. Dana itu hanya untuk uang gedung, di luar uang buku, pakaian seragam dan lainnya. Sementara anak pertamanya yang sekarang kelas III SD, tiap bulan harus membayar Rp 110 ribu - di luar buku paket per semester yang diwajibkan. "Bohong kalau dikatakan gratis. Prakteknya kita harus bayar, dan tak sedikit," kata Ety seperti dikutip sejumlah media.Sementara, di Mungkid Magelang, ratusan warga belum lama ini bahkan menggelar aksi demo di kantor Pemkab menyoal sekolah gratis. Sambil membentangkan spanduk, mereka beryel-yel menyebut sekolah gratis sebagaimana yang dikatakan pemerintah hanya bohong belaka."Kalau memang gratis, seharusnya tidak ada pungutan apa pun dari sekolah. Faktanya, siswa masih dipungut biaya. Kalau begitu, program pendidikan gratis itu bohong. Tidak sesuai dengan fakta," tandas Wahyu Sukmo Hadi, koordinator aksi. (adv/adv) ref : detik.com
Rabu, 01 Juli 2009
Selasa, 30 Juni 2009
JAKARTA--MI: Kandidat presiden dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto menegaskan, siap mengembalikan Indonesia sebagai bangsa terhormat, sejajar dengan negara-negara lain melalui pemberdayaan kekayaan dan sumber daya nasional.
"Kita harus kembali menjadi bangsa yang berdiri di atas kaki sendiri (berdikari), tidak sekadar menjadi pesuruh bangsa lain, menjadi pasar bagi bangsa lain," ujar calon wakil presiden Prabowo Subianto dalam kampanye nasional Megawati-Prabowo di Gelora Bung Karbo, Jakarta, Selasa (30/6).
Ia mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya. Bukan bangsa miskin, tidak sejengkal pun tanah Indonesia yang akan diambil oleh pihak asing.
Prabowo mengatakan, pemerintah selama ini telah gagal memenuhi harapan-harapan rakyat. "Banyak kebocoran kekayaan nasional, dibawa ke luar negeri dengan nilai Rp200 triliun per tahun. Hutang luar negeri mencapai Rp400 triliun dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilaksanakan dengan pinjaman luar negeri," ujarnya.
Tidak itu saja, tambah mantan Panglima Kostrad itu, banyak aset-aset negara yang telah digadaikan kepada pihak asing untuk membayar utang.
Pemerintah juga telah gagal untuk menjamin kesejahteraan rakyat, terbukti dengan kenaikan harga bahan pokok yang mencapai tiga kali lipat dibanding masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Padahal, Indonesia adalah negara yang kaya akan kekayaan dan sumber daya alam melimpah, yang seharusnya dapat digunakan untuk mensejahterakan rakyat," ujarnya.
Karena itu, tambah Prabowo, dirinya bersama pasangannya calon presiden Megawati Soekarnoputri siap melakukan perubahan untuk menyelematkan bangsa Indonesia dari keterpurukan.
"Saya bersama ibu Megawati Soekarnoputri siap untuk mengembalikan kehormatan dan kebangkitan bangsa Indonesia, hingga Indonesia tidak lagi dicap sebagai negara miskin, negara yang tergantung pada asing, bangsa yang menjadi antek-antek asing," katanya berapi-api, yang tak henti-henti disambut teriakan dan sorak sorai kader dan simpatisan yang memadati Gelora Bung Karno. (Ant/OL-06)ref. Media indonesia.com
Rabu, 17 Juni 2009
Rabu, 17 Juni 2009 17:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ditolaknya beberapa versi iklan politik Megawati-Prabowo oleh sejumlah stasiun televisi dinilai sebagai bentuk ketidakadilan. Prabowo mengatakan, penolakan tersebut merupakan salah satu bentuk dari kolusi.
"Negara demokrasi kok nolak iklan. Bagi saya tidak adil. Ini berbau kolusi," kata Prabowo, Rabu (17/6) di kediaman Mega, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Salah satu iklan pasangan yang diusung PDI Perjuangan-Gerindra yang ditolak untuk ditayangkan bertitel "Bangkrut". SCTV, salah satu televisi yang menolak untuk menayangkan, menyatakan iklan tersebut berbau provokasi.
Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung mengatakan, iklan politik Mega-Prabowo hanya menyampaikan fakta dan data-data yang sebenarnya. "Kami sangat menyesalkan apa yang terjadi. Apa yang kami sampaikan adalah fakta. Mungkin karena dianggap bisa membangun opini sebenarnya sesuai fakta, ada yang resah sehingga melakukan intervensi," kata Pramono.
Tim kampanye Mega-Prabowo, kata Pram, menyerahkan sepenuhnya pada penilaian rakyat. "Kita tidak tahu siapa yang melakukan pencegahan penayangan iklan itu. Kami menyerahkan pada rakyat untuk menilai. Tapi seharusnya ada perlakuan adil pada siapa saja," ujarnya
Senin, 15 Juni 2009
(http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3623&Itemid=29)
a. Lewat Komnas HAM
Ini link-nya :
JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk segera meminta maaf kepada warga negara Indonesia yang telah kehilangan hak pilihnya dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009 lalu.Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim didampingi jajaran komisioner di Jakarta, Jumat (8/5) menyatakan, presiden wajib memikul seluruh tanggung jawab terkait kekisruhan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pileg 2009."Presiden sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan adalah penanggung jawab tertinggi dari penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil," katanya.Komnas HAM memperkirakan 25-40 persen warga telah kehilangan hak pilih akibat keteledoran dalam menyusun DPT. Data itu diperoleh dari hasil penyelidikan di 10 provinsi, 22 kabupaten/kota,dan 19 desa/kelurahan. Tim menyimpulkan telah terjadi penghilangan hak konstitusional pemilih dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009 secara masif dan sistemik di seluruh wilayah.Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu juga memiliki tanggung jawab yang besar atas hilangnya hak sipil politik warga negara yang terjadi secara masif dan sistematik itu. Dalam rekomendasi itu, Komnas HAM juga mendesak DPR untuk meminta pertanggungjawaban KPU atas penyelenggaraan Pemilu 2009 yang kacau ini.b. Lewat Pengadilan :SIDANG PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT"Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Menghilangkan Hak Setiap Warga Negara Untuk Memilih (Right To Vote) Dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD pada 9 April 2009 yang diajukan oleh warga negara thp Ketua KPU (Tergugat I) dan Presiden RI (Tergugat II)"Rabu, 3 Juni 2009 Pkl. 10.00 s.d. selesaiDi Ruang Sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Lt. 3Agenda: Penetapan Mekanisme Citizen Law Suit dan Penyerahan Alat BuktiPenggugat : YLBHI c. Lewat Hak Angket DPRSudah sampai pada rapat pertama Panitia Angket DPR (Kompas, Jumat 5 Juni 2009 halaman 2 :